Kabupaten di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
Bantul (bahasa Jawa: ꦧꦤ꧀ê¦ ꦸê¦꧀) merupakan salah satu kabupaten yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibu kotanya adalah Bantul. Moto kabupaten ini adalah Projotamansari, yang merupakan singkatan dari Produktif-Profesional, Ijo royo royo, Tertib, Aman, Sehat, dan Asri. Kabupaten Bantul berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di sebelah utara, Kabupaten Gunung Kidul di sebelah timur, Samudra Hindia di sebelah selatan, serta Kabupaten Kulon Progo di sebelah barat.Bagian selatan kabupaten ini berupa pegunungan kapur, yakni ujung barat dari Pegunungan Sewu. Sungai besar yang mengalir di antaranya Kali Progo (membatasi kabupaten ini dengan Kabupaten Kulon Progo, Kali Opak, Kali Tapus, beserta anak-anak sungainya.
Pada 27 Mei 2006, gempa bumi besar berkekuatan 5,9 skala Richter mengakibatkan kerusakan yang besar terhadap daerah ini dan kematian sedikitnya 3.000 penduduk Bantul. Daerah yang terkena dampak terparah dari gempa tersebut adalah Pundong dan Imogiri.
Bantul memang tak bisa dilepaskan dari sejarah Yogyakarta sebagai kota perjuangan dan sejarah perjuangan Indonesia pada umumnya. Bantul menyimpan banyak kisah kepahlawanan, seperti perlawanan Pangeran Mangkubumi di Ambarketawang, upaya pertahanan Sultan Agung di Pleret, dan perjuangan Pangeran Diponegoro di Selarong. Kisah perjuangan pionir penerbangan Indonesia yaitu Adisucipto, pesawat yang ditumpanginya jatuh ditembak Belanda di Desa Ngoto. Sebuah peristiwa penting yang dicatat dalam sejarah adalah Perang Gerilya melawan pasukan Belanda. Saat itu, pasukan Indonesia berada di bawah kepemimpinan Jenderal Sudirman (1948) dan mereka banyak bergerak di sekitar wilayah Bantul. Wilayah ini pula yang menjadi basis, "Serangan Oemoem 1 Maret" (1949) yang dicetuskan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Tolok awal pembentukan wilayah Kabupaten Bantul adalah perjuangan gigih Pangeran Diponegoro melawan penjajah bermarkas di Selarong sejak tahun 1825 hingga 1830. Seusai meredam perjuangan Diponegoro, Pemerintah Hindia Belanda kemudian membentuk komisi khusus untuk menangani daerah Vortenlanden. Komisi tersebut bertugas menangani pemerintahan daerah Mataram, Pajang, Sokawati, dan Gunung Kidul. Kontrak kasunanan Surakarta dengan Yogyakarta dilakukan baik dalam hal pembagian wilayah maupun pembayaran ongkos perang, penyerahan pemimpin pemberontak, dan pembentukan wilayah administratif. Pemerintah Hindia Belanda dan sultan Yogyakarta pada tanggal 26 dan 31 Maret 1831 mengadakan kontrak kerja sama tentang pembagian wilayah administratif baru dalam kasultanan disertai penetapan jabatan kepala wilayahnya. Saat itu Kasultanan Yogyakarta dibagi menjadi tiga kabupaten yaitu Bantulkarang untuk kawasan selatan, Denggung untuk kawasan utara, dan Kalasan untuk kawasan timur. Menindaklanjuti pembagian wilayah baru Kasultanan Yogyakarta, tanggal 20 Juli 1831 atau Rabu Kliwon 10 Sapar tahun Dal 1759 (Jawa) secara resmi ditetapkan pembentukan Kabupaten Bantul yang sebelumnya dikenal bernama Bantulkarang tersebut di atas. Seorang nayaka Kasultanan Yogyakarta bernama Raden Tumenggung Mangun Negoro kemudian dipercaya Sri Sultan Hamengkubuwono V untuk memangku jabatan sebagai bupati Bantul.
Berdasarkan peristiwa tersebut, tanggal 20 Juli setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Bantul. Selain itu, tanggal 20 Juli juga memiliki nilai simbol kepahlawanan dan kekeramatan bagi masyarakat Bantul mengingat Perang Diponegoro dikobarkan tanggal 20 Juli 1825.
Pada masa pendudukan Jepang, pemerintahan berdasarkan pada Usamu Seirei nomor 13 sedangkan stadsgemente ordonantie dihapus. Kabupaten memiliki hak mengelola rumah tangga sendiri (otonom). Kemudian setelah kemerdekaan, pemerintahan ditangani oleh Komite Nasional Daerah untuk melaksanakan UU No 1 tahun 1945. Akan tetapi, Yogyakarta dan Surakarta undang-undang tersebut tidak diberlakukan hingga dikeluarkannya UU Pokok Pemerintah Daerah No 22 tahun 1948. dan selanjutnya mengacu UU Nomor 15 tahun 1950 yang isinya pembentukan Pemerintahan Daerah Otonom di seluruh Indonesia.
Tombak Kiai Agnya Murni berasal dari kata agnya berarti perintah atau pemerintahan dan murni adalah suci/bersih. Sehingga dengan tegaknya pusaka itu membawa pesan ditegakkannya nilai kehidupan berperadaban sebagai pilar utama membangun pemerintahan yang bersih. Tombak pusaka Kiai Agnya-murni mengisyaratkan pamoring kawula Gusti. Dalam khazanah Jawa, dikenal istilah budaya berpamor agama. Sehingga dalam dimensi vertikal memiliki makna pasrah diri dan tunduk patuh insan ke haribaan Sang Khalik. Dalam dimensi horizontal mengisyaratkan luluhnya pemimpin dengan rakyat.
Tombak pusaka ini diberikan oleh sultan Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X pada Peringatan Hari Jadi ke-169 Kabupaten Bantul, Kamis 20 Juli 2007. Tombak ini memiliki dapur Pleret, yang mengisyaratkan Kabupaten Bantul agar mengingat keberadaan Pleret sebagai historic landmark yang menandai titik awal pembaruan pemerintahan Mataram Sultan Agungan yang cikal bakalnya berada di Kerta Wonokromo. Tombak yang memiliki pamor wos wutah wengkon (melimpahnya kemakmuran bagi seluruh rakyat), dapat eksis bila ditegakkan pada landeyan (dasar) kayu walikukun. Landeyan itu simbul keluhuran budaya berbasis ilmu berintikan keteguhan iman.
Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44′ 04″ – 08° 00′ 27″ Lintang Selatan dan 110° 12′ 34″ – 110° 31′ 08″ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bantul 508,85 Km2 (15,90 5 dari Luas wilayah Provinsi DIY).
Topografi sebagai dataran rendah 40% dan lebih dari separuhnya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis besar terdiri dari:
- Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh wilayah).
- Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210.94 km2 (41,62 %).
- Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 km2 (40,65%).
- Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikit berlaguna, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek.
Kabupaten Bantul dialiri 6 Sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan panjang 114 km2. Yaitu:
- Sungai Oyo: 35,75 km
- Sungai Opak: 19,00 km
- Sungai Code: 7,00 km
- Sungai Winongo: 18,75 km
- Sungai Bedog: 9,50 km
- Sungai Progo: 24,00 km
Menurut klasifikasi iklim Koppen, Bantul memiliki iklim muson tropis. Sama seperti kabupaten lain di Indonesia, musim hujan di Bantul dimulai bulan Oktober hingga Maret, dan musim kemarau bulan April hingga September. Rata-rata curah hujan di Bantul adalah 90,76 mm, dan bulan paling tinggi curah hujannya adalah Desember, Januari, dan Februari. Suhu udara relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata 30 derajat Celsius.
Batas wilayah kabupaten Bantul antara lain;
Kabupaten Bantul memiliki 17 kapanewon dan 75 kalurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduk mencapai 931.356 jiwa yang tersebar di wilayah seluas 508,13 km² dengan tingkat kepadatan penduduk 1.832 jiwa/km².
Daftar kapanewon dan kalurahan di Kabupaten Bantul, adalah sebagai berikut:
Kabupaten Bantul terdiri atas 17 kapanewon, yang dibagi lagi atas sejumlah kalurahan dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kapanewon Bantul, sekitar 11 km sebelah selatan Kota Yogyakarta.
Jumlah penduduk Bantul pada tahun 2017 adalah 995.264 jiwa dengan kepadatan 1.963,62 jiwa/km2, Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak dan terpadat di Kabupaten Bantul adalah Kecamatan Banguntapan dengan jumlah penduduk 120.123 jiwa dengan kepadatan 4.218 jiwa/km2. Mayoritas mata pencaharian penduduk di bidang pertanian (25 %) , perdagangan (21 %), Industri (19 %) dan jasa (17 %) .
Kabupaten dilintasi oleh jalan nasional sebagai jalan arteri primer, di antaranya Jalan Pansela (Dalam Pembangunan) melewati kecamatan Srandakan, Sanden, dan Kretek. Jalan nasional penghubung dengan Kota Yogyakarta melewati jalan Bantul segmen utara, Jalan Lingkar timur Kota Bantul, Jalan Bakulan, dan Jalan Parangtritis segmen selatan. Dan juga Jalan Nasional penghubung Kota Yogyakarta dan Jakarta di kawasan jalan wates segmen Sedayu serta sebagian segmen jalan nasional ring road yogyakarta. Untuk jalan provinsi di antaranya jalan srandakan, jalan bantul segmen selatan, jalan parangtritis segmen utara, jalan wonosari segmen banguntapan dan piyungan, jalan imogiri timur, jalan imogiri barat, dan jalan jogja outering road sedayu-pandak-bantul-imogiri-jetis-pleret-banguntapan. Sistem perkeretaapian di Bantul sudah dibangun sejak zaman kolonial belanda. Jalur kereta api di Bantul terdiri atas jalur yogyakarta - bandung di kecamatan sedayu dengan Stasiun Rewelu (hanya digunakan untuk depo BBM) serta jalur rel kereta mati yang direncanakan akan dihidupkan kembali antara yogyakarta - bantul - brosot dengan stasiun di madukismo, cepit, bantul kota, palbapang, dan srandakan dan juga jalur mati yogyakarta - kota gede - pleret - pundong.
Kabupaten Bantul memiliki makanan khas, yaitu:
- Geplak.
- Sate Klathak.
- Tolpit.
- Peyek Undur-Undur.
- Karangan.
Pantai Parangtritis merupakan objek wisata yang paling terkenal di kabupaten ini. Selain itu terdapat beberapa objek wisata pantai seperti: Pantai Parangkusumo, Pantai Depok, Pantai Samas, Pantai Pandansimo, Pantai Goa Cemara, dan Pantai Kuwaru. Objek wisata alam lain antara lain adalah Gua Selarong dan Gua Cerme. Wisatawan juga dapat mengunjungi objek wisata budaya/religi seperti Pemakaman Imogiri. Objek Wisata Populer di Bantul Akhir-akhir ini Adalah Desa wisata Mangunan Terletak Di kecamatan Dlingo
Sementara itu, terdapat berbagai desa wisata di Kabupaten Bantul yang umumnya merupakan desa penghasil kerajinan. Desa-desa tersebut antara lain adalah Kasongan (penghasil gerabah), Pundong (penghasil gerabah), Pucung (penghasil kerajinan kulit), Gendeng (penghasil kerajinan kulit terutama wayang), dan Krebet (penghasil kerajinan kayu termasuk topeng batik). Batik Bantul sangat terkenal, dan dapat diperoleh baik di sekitar makam Imogiri, Giriloyo (utara Imogiri), dan di Wijirejo. Kerajinan kulit untuk barang sehari-hari (tas, jaket, sandal dan sebagainya) juga dapat diperoleh di desa Manding.
Selain di desa-desa wisata tersebut, kerajinan juga dapat diperoleh di Pasar Seni Gabusan yang terletak di Jalan Parangtritis.
Terdapat beberapa stasiun radio di Bantul seperti Radio Persatuan 94.2 FM dan lain-lain
Kabupaten ini merupakan markas dari klub sepak bola Persiba Bantul (berdiri tahun 1967) dan klub amatir Protaba Bantul. Saat ini ada juga PS TIRA yang menempati Stadion Sultan Agung.
Kampus Institut Seni Indonesia dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta terletak di kabupaten ini. Beberapa perguruan tinggi lain juga melakukan pembangunan kampusnya di wilayah Kabupaten Bantul, antara lain Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta. Dan adapula kampus dibawah naungan Kementerian Perindustrian yaitu Politeknik ATK yang terdapat di jalan Ringroad Selatan untuk Kampus 2 dan di jalan ateka untuk Kampus 1.
- Soeharto, Mantan Presiden RI
- Subagyo Hadi Siswoyo, Mantan KASAD
- Lasiyah Soetanto, Mantan Menteri Negara Peranan Wanita
- Ibnu Triwidodo, Kepala Staf Kodam Jaya
- Probosutedjo, Pengusaha
- Mohamad Sobary, Budayawan & Kolumnis
- Suwarjono, Ketua Aliansi Jurnalis Independen
- Aprilia Yuswandari, Pebulu tangkis Nasional
- Nopendi, Pesepak bola Nasional
- Muhammad Rian Ardianto, Pebulu tangkis Nasional
Comments
Post a Comment
monggo merapat 😉