Skip to main content

pribumi WRP 😘

Sejarah

Demografi dan persebaran

Migrasi suku Jawa membuat bahasa Jawa bisa ditemukan di berbagai daerah, bahkan di luar negeri. Banyaknya orang Jawa yang merantau ke Malaysia turut membawa bahasa dan kebudayaan Jawa ke Malaysia, sehingga terdapat kawasan pemukiman mereka yang dikenal dengan nama kampung Jawa, padang Jawa. Di samping itu, masyarakat pengguna Bahasa Jawa juga tersebar di berbagai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kawasan-kawasan luar Jawa yang didominasi etnis Jawa atau dalam persentase yang cukup signifikan adalah Lampung (61,9%), Sumatra Utara (32,6%), Jambi (27,6%), Sumatra Selatan (27%), Aceh(15,87%) yang dikenal sebagai Aneuk Jawoe. Khusus masyarakat Jawa di Sumatra Utara, mereka merupakan keturunan para kuli kontrak yang dipekerjakan di berbagai wilayah perkebunan tembakau, khususnya di wilayah Deli sehingga kerap disebut sebagai Jawa Deli atau Pujakesuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatra), dengan dialek dan beberapa kosakata Jawa Deli. Sedangkan masyarakat Jawa di daerah lain disebarkan melalui program transmigrasi yang diselenggarakan semenjak zaman penjajahan Belanda.
Selain di kawasan Nusantara, masyarakat Jawa juga ditemukan dalam jumlah besar di Suriname, yang mencapai 15% dari penduduk secara keseluruhan, kemudian di Kaledonia Baru bahkan sampai kawasan Aruba dan Curacao serta Belanda. Sebagian kecil bahkan menyebar ke wilayah Guyana Prancis dan Venezuela. Pengiriman tenaga kerja ke KoreaHong Kong, serta beberapa negara Timur Tengah juga memperluas wilayah sebar pengguna bahasa ini meskipun belum bisa dipastikan kelestariannya.

Fonologi

Ucapan selamat datang di Wikipedia, yang ditulis dalam Bahasa Jawa menggunakan aksara Jawa
Dialek baku bahasa Jawa, yaitu yang didasarkan pada dialek Jawa Tengah, terutama dari sekitar kota Surakarta dan Yogyakarta memiliki fonem-fonem berikut:

Vokal

Informasi lebih lanjut: Depan, Tengah …
Perhatian: Fonem-fonem antara tanda kurung merupakan alofon. Catatan pembaca pakar bahasa Jawa: Dalam bahasa Jawa [a],[ɔ], dan [o] itu membedakan makna [babaʔ] 'luka'; [bɔbɔʔ]'param' atau 'lobang', sikile di-bɔbɔʔi 'kakinya diberi param', lawange dibɔbɔʔi 'pintunya dilubangi'; dan [boboʔ] 'tidur'. [warɔʔ] 'rakus' sedang [waraʔ] 'badak'; [lɔr] 'utara' sedangkan [lar] 'sayap', [gəɖɔŋ] 'gedung' sedangkan [gəɖaŋ] 'pisang; [cɔrɔ]'cara' sedang [coro] 'kecoak', [lɔrɔ]'sakit' sedang [loro] 'dua', dan [pɔlɔ] 'pala/rempah-rempah' sedang [polo] 'otak'. Dengan demikian, bunyi [ɔ] itu bukan alofon [a] ataupun alofon [o] melainkan fonem tersendiri.
Tekanan kata (stress) direalisasikan pada suku kata kedua dari belakang, kecuali apabila sukukata memiliki sebuah pepet sebagai vokal. Pada kasus seperti ini, tekanan kata jatuh pada sukukata terakhir, meskipun sukukata terakhir juga memuat pepet. Apabila sebuah kata sudah diimbuhi dengan afiks, tekanan kata tetap mengikuti tekanan kata kata dasar. Contoh: /jaran/ (kuda) dilafalkan sebagai [j'aran] dan /pajaranan/ (tempat kuda) dilafalkan sebagai [paj'aranan].
Semua vokal kecuali /ə/, memiliki alofon. Fonem /a/ pada posisi tertutup dilafalkan sebagai [a] (a-miring), tetapi pada posisi terbuka sebagai [ɔ] (a-jejeg). Contoh: /lara/ (sakit) dilafalkan sebagai [l'ɔrɔ], tetapi /larane/ (sakitnya) dilafalkan sebagai [l'arane]
Fonem /i/ pada posisi terbuka dilafalkan sebagai [i] (i-jejeg) namun pada posisi tertutup lafalnya kurang lebih mirip [ɛ] (i-miring). Contoh: /panci/ dilafalkan sebagai [p'aɲci], tetapi /kancil/ kurang lebih dilafalkan sebagai [k'aɲcɛl].
Fonem /u/ pada posisi terbuka dilafalkan sebagai [u] (u-jejeg) namun pada posisi tertutup lafalnya kurang lebih mirip [o] (u-miring). Contoh: /wulu/ (bulu) dilafalkan sebagai [w'ulu], tetapi /ʈuyul/ (tuyul) kurang lebih dilafalkan sebagai [ʈ'uyol].
Fonem /e/ pada posisi terbuka dilafalkan sebagai [e] (e-jejeg) namun pada posisi tertutup sebagai [ɛ] (e-miring). Contoh: /lélé/ dilafalkan sebagai [l'ele], tetapi /bebek/ dilafalkan sebagai [b'ɛbɛʔ].
Fonem /o/ pada posisi terbuka dilafalkan sebagai [o] (o-jejeg) namun pada posisi tertutup sebagai [ɔ] (o-miring). Contoh: /loro/ dilafalkan sebagai [l'oro], tetapi /boloŋ/ dilafalkan sebagai [b'ɔlɔŋ].

Konsonan

Informasi lebih lanjut: Labial, Dental …
Fonem /k/ memiliki sebuah alofon. Pada posisi terakhir, dilafalkan sebagai [ʔ]. Sedangkan pada posisi tengah dan awal tetap sebagai [k].
Fonem /n/ memiliki dua alofon. Pada posisi awal atau tengah apabila berada di depan fonem eksplosiva palatal atau retrofleks, maka fonem sengau ini akan berubah sesuai menjadi fonem homorgan. Kemudian apabila fonem /n/ mengikuti sebuah /r/, maka akan menjadi [ɳ] (fonem sengau retrofleks). Contoh: /panjaŋ/ dilafalkan sebagai [p'aɲjaŋ], lalu /anɖap/ dilafalkan sebagai [ʔ'aɳɖap]. Kata /warna/ dilafalkan sebagai [w'arɳɔ].
Fonem /s/ memiliki satu alofon. Apabila /s/ mengikuti fonem /r/ atau berada di depan fonem eksplosiva retrofleks, maka akan direalisasikan sebagai [ʂ]. Contoh: /warsa/ dilafalkan sebagai [w'arʂɔ], lalu /esʈi/ dilafalkan sebagai [ʔ'eʂʈi].

Fonotaktik

Dalam bahasa Jawa baku, sebuah suku kata bisa memiliki bentuk seperti berikut: (n)-K1-(l)-V-K2.
Artinya ialah sebagai berikut:
  • (n) adalah fonem sengau homorgan.
  • K1 adalah konsonan letupan atau likuida.
  • (l) adalah likuida yaitu /r/, /l/, atau /w/, tetapi hanya bisa muncul kalau K1 berbentuk letupan.
  • V adalah semua vokal. Tetapi apabila K2 tidak ada maka fonem /ə/ tidak bisa berada pada posisi ini.
  • K2 adalah semua konsonan kecuali letupan palatal dan retrofleks; /c/, /j/, /ʈ/, dan /ɖ/.
Contoh:
  • a (V)
  • ang (VK)
  • pang (KVK)
  • prang (KlVK)
  • mprang (nKlVK)
Sama halnya dengan bahasa-bahasa Austronesia lainnya, kata dasar asli dalam bahasa Jawa terdiri atas dua suku kata (bisilabis); kata yang terdiri dari lebih dari tiga suku kata akan dipecah menjadi kelompok-kelompok bisilabis untuk pengejaannya. Dalam bahasa Jawa modern, kata dasar bisilabis memiliki bentuk: nKlvVnKlvVK.

Sistem penulisan

Aksara Latin

Informasi lebih lanjut: Pra 1942, Yogyakarta (1991) …

Aksara Jawa

Aksara jawa ( ꧊ꦲꦏ꧀ꦱꦫ​ꦗꦮ꧊) berbeda dengan huruf Latin yang kita gunakan sekarang ini untuk menulis. Aksara jawa terdiri dari:
  1. Aksara Carakan /
ꦲꦏ꧀ꦱꦫ​ꦕꦫꦏꦤ꧀. Aksara inti yang terdiri dari 20 suku kata ato biasa disebut Dentawiyanjana, yaitu: ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga ;
  1. Aksara Pasangan /
ꦲꦏ꧀ꦱꦫ​ꦥꦱꦔꦤ꧀. Bentuk mati (huruf) dari aksara inti, yaitu: h, n, c, r, k, d, t, s, w, l, p, dh, j, y, ny, m, g, b, th, ng ; pasangan
  1. Aksara Swara /
ꦲꦏ꧀ꦱꦫ​ꦱ꧀ꦮꦫ. Biasanya untuk huruf awal penulisan nama kota ato nama orang yang dihormati yang diawali dengan huruf hidup, yaitu: A, I, U, E, O
  1. Aksara Rekan /
ꦲꦏ꧀ꦱꦫ​ꦉꦏꦤ꧀. Untuk penulisan huruf-huruf yang berasal dari serapan bahasa asing, yaitu: kh, f, dz, gh, z
  1. Aksara Murda /
ꦲꦏ꧀ꦱꦫ​ꦩꦸꦂꦢ. Biasanya untuk huruf awal penulisan nama kota ato nama orang yang dihormati, yaitu: Na, Ka, Ta, Sa, Pa, Nya, Ga, Ba
  1. Aksara Wilangan /
ꦲꦏ꧀ꦱꦫ​ꦮꦶꦭꦔꦤ꧀. Untuk penulisan bilangan dalam bahasa Jawa, yaitu angka 1 s/d 10 dalam aksara Jawa.
  1. Tanda Baca (Sandangan /
ꦱꦤ꧀ꦢꦔꦤ꧀). Merupakan tanda baca yang biasa digunakan, huruf hidup serta huruf mati yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari, yaitu tanda: koma, titik, awal kamimat, dll. huruf: i, o, u, e. huruf mati: _r, _ng, _ra, _re, dll

Pegon

Huruf Pegon adalah huruf Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa juga Bahasa Sunda. Kata Pegon konon berasal dari bahasa Jawa pégo yang berarti menyimpang. Sebab bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim.
Berbeda dengan huruf Jawi, yang ditulis gundul, pegon hampir selalu dibubuhi tanda vokal. Jika tidak, maka tidak disebut pegon lagi melainkan Gundhil. Bahasa Jawa memiliki kosakata vokal (aksara swara) yang lebih banyak daripada bahasa Melayu sehingga vokal perlu ditulis untuk menghindari kerancuan.

Abjad Jawi

Abjad Jawi (Bahasa Arab: جوي Jăwi) (atau Yawi di daerah Patani, Gundhil di daerah Jawa disamping Pegon, Jawoe di daerah Aceh) adalah abjad Arab yang diubah untuk menuliskan Bahasa Melayu. Abjad ini digunakan sebagai salah satu dari tulisan resmi di Brunei, dan juga di Malaysia, Indonesia, Patani dan Singapura untuk keperluan religius.
Kemunculannya berkait secara langsung dengan kedatangan agama Islam ke Nusantara. Abjad ini didasarkan pada abjad Arab dan digunakan untuk menuliskan ucapan Melayu. Dengan demikian, tidak terhindarkan adanya tambahan atau modifikasi beberapa huruf untuk mengakomodasi bunyi yang tidak ada dalam bahasa Arab (misalnya ucapan /o/, /p/, atau /ŋ/).
Bukti terawal tulisan Jawi ini berada di Malaysia dengan adanya Prasasti Terengganu yang bertarikh 702 Hijriah atau abad ke-14 Masehi (Tarikh ini agak problematis sebab bilangan tahun ini ditulis, tidak dengan angka). Di sini hanya bisa terbaca tujuh ratus dua: 702H. Tetapi kata dua ini bisa diikuti dengan kata lain: (20 sampai 29) atau -lapan -> dualapan -> "delapan". Kata ini bisa pula diikuti dengan kata "sembilan". Dengan ini kemungkinan tarikh ini menjadi banyak: (702, 720 - 729, atau 780 - 789 H). Tetapi karena prasasti ini juga menyebut bahwa tahun ini adalah "Tahun Kepiting" maka hanya ada dua kemungkinan yang tersisa: yaitu tahun 1326M atau 1386M.

Tata bahasa

Sastra

Ragam

Geografis

Bahasa Jawa sangat beragam, dan keragaman ini masih terpelihara sampai sekarang, baik karena dituturkan maupun melalui dokumentasi tertulis. Dialek geografi, dialek temporal serta register dalam bahasa Jawa sangat kaya sehingga seringkali menyulitkan orang yang mempelajarinya.
Klasifikasi berdasarkan dialek geografi mengacu kepada pendapat E.M. Uhlenbeck (1964). Peneliti lain seperti W.J.S. Poerwadarminta dan Hatley memiliki pendapat yang berbeda.[butuh rujukan]
Kelompok Barat
  1. dialek Banten
  2. dialek Indramayu, (Jawa Barat), Kabupaten Indramayu, sebagian utara kabupaten Subang dan Karawang
  3. dialek Tegal (sebagian barat Jawa Tengah (kabupaten TegalPemalang dan Brebes dan kota Tegal))
  4. dialek Banyumasan (sebagian barat laut Jawa Tengah (seluruh kabupaten BanyumasPurbalinggaBanjarnegara dan Cilacap))
  5. dialek Bumiayu (peralihan Tegal dan Banyumas)
Kelompok Tengah
  1. dialek Pekalongan (Jawa Tengah (kabupaten Pekalongan dan Batang dan kota Pekalongan))
  2. dialek Kedu (Jawa Tengah bagian tengah (eks Karesidenan Kedu) (kabupaten MagelangWonosoboTemanggungPurworejoKebumen dan kota Magelang))
  3. dialek Bagelan (Jawa Tengah (Bagelen, Purworejo))
  4. dialek Semarang (Jawa Tengah (Semarang Metro (kabupaten SemarangDemakKendal dan kota Semarang dan Salatiga))
  5. dialek Pantai Utara Timur (sebagian timur laut Jawa Tengah (eks Karesidenan Pati) (kabupaten PatiRembangJeparaKudusRembang) dan sebagian barat daya Jawa Timur (kabupaten BojonegoroTuban))
  6. dialek Blora (sebagian timur Jawa Tengah (eks Karesidenan Pati) (kabupaten BloraGrobogan) dan Jawa Timur (sebagian barat kabupaten Bojonegoro))
  7. dialek Mataram (D.I. Yogyakarta dan sebagian tenggara Jawa Tengah (eks Karesidenan Surakarta) (kabupaten BoyolaliKlatenSragenSukoharjoWonogiriKaranganyar dan kota Surakarta))
  8. dialek Madiun (sebagian barat dan barat laut Jawa Timur (eks Karesidenan Madiun) (kabupaten MadiunMagetanNgawiPacitanPonorogo dan kota Madiun, kabupaten KediriBlitarTrenggalekNganjuk dan Tulungagung dan kota Blitar dan Kediri))
Kelompok kedua ini dikenal sebagai bahasa Jawa Tengahan. Dialek Mataram (Surakarta dan Yogyakarta) menjadi acuan baku bagi pemakaian resmi bahasa Jawa (bahasa Jawa Baku).
Kelompok Timur
  1. dialek Arekan (Jawa Timur (Surabaya Metro (kota Surabaya dan Mojokerto, kabupaten LamonganMojokertoSidoarjo dan Gresik), Malang Raya (kota BatuMalang dan Pasuruan dan kabupaten Malang dan Pasuruan) dan sebagian besar Tapal Kuda (kabupaten ProbolinggoLumajangJemberSitubondoBondowoso dan kota Probolinggo))
  2. dialek Jombang (Jawa Timur (kabupaten JombangNganjuk))
  3. dialek Tengger (Jawa Timur (wilayah sekitar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru))
  4. dialek Banyuwangi (Jawa Timur (kabupaten Banyuwangi))
Kelompok ketiga ini dikenal sebagai bahasa Jawa Wetanan (Timur).
Selain dialek-dialek di tanah asal, dikenal pula dialek-dialek yang dituturkan oleh orang Jawa diaspora, seperti di Sumatra Utara, Lampung, Suriname, Kaledonia Baru, dan Curaçao.

Bahasa Jawa Suriname

Bahasa Jawa Suriname merupakan ragam atau dialek bahasa Jawa yang dituturkan di Suriname dan oleh komunitas Jawa Suriname di Belanda. Jumlah penuturnya kurang lebih ada 65.000 jiwa di Suriname dan 30.000 jiwa di Belanda. Orang Jawa Suriname merupakan keturunan kuli kontrak yang didatangkan dari Tanah Jawa dan sekitarnya. Di Suriname, orang Indonesia tersebar di beberapa tempat dan kampung yang mudah dikenali karena Kampung mereka masih menggunakan nama-nama dalam bahasa Indonesia, misalnya seperti Desa Tamansari, Desa Tamanrejo, dan lain-lain semacam itu. Untuk mengingat akan tanah airnya Indonesia, selain dengan menggunakan nama pemukiman mereka dengan Bahasa Indonesia, bahasa penutur yang (sering) digunakan adalah Bahasa Jawa.
Pada Tahun 1990 sekitar 34,2% Penduduk Suriname atau 143.640 orang keturunan asal Indonesia ( etnis jawa ) dan merupakan salah satu etnis terbesar di Suriname saat itu. Namun seiring dengan perkembangan jaman banyak di antara mereka yang pindah mengikuti keluarga dan bermukim di Belanda. Anehnya, walau mereka pada umumnya belum pernah melihat Indonesia, mereka sangat fasih dalam berbahasa Jawa yang digunakan sehari-hari dalam pergaulan antara sesama etnis Jawa.
Bukan di Suriname saja bahasa Jawa digunakan oleh masyarakat yang berasal dari Indonesia, tetapi juga di Belanda. Bahkan, dari sebuah catatan menyebutkan lebih-kurang 65 ribu warga negara Suriname etnis Jawa dan tiga puluh ribu warga Negara Belanda beretnis Jawa menggunakan Bahasa Jawa dalam bersosialisasi dengan sesama mereka dalam pergaulan sosial di tengah-tengah masyarakatnya.
Di Suriname hanya terdapat satu dialek Jawa. Namun, adanya varian-varian kata menunjukkan bahwa pada masa lalu para migran Jawa itu menuturkan sejumlah dialek yang berbeda. Di Suriname juga pernah ada penutur bahasa Banyumasan (ngapak-ngapak). Sayangnya, bahasa ini dianggap tidak baik dan penuturnya sering dihina. Akibatnya, keturunan mereka tak lagi mempelajari dan menuturkan bahasa Banyumasan.
Kosakata bahasa Jawa di Suriname banyak dipengaruhi oleh bahasa Belanda dan Sranan Tongo. Meskipun demikian, kedua bahasa tersebut tak memengaruhi fonologi dan tata bahasa. Akan tetapi orang Jawa di Suriname tidak bisa berbahasa Indonesia karena sejak Belanda mendatangkan orang jawa untuk menjadi kuli kontrak, ketika itu orang asli Jawa dahulu hanya bisa berbahasa Jawa saja. Kata-kata Sranan Tongo yang sudah diserap malah ada yang memiliki bentuk bahasa krama.
Fonologi bahasa Jawa di Suriname tak berbeda dengan bahasa Jawa baku di Tanah Jawa. Fonologi dialek Kedu yang menjadi leluhur bahasa Jawa Suriname tidak berbeda dengan bahasa Jawa baku. Namun terdapat fenomena baru dalam bahasa Jawa Suriname, yakni perbedaan antara fonem dental dan retrofleks (/t/ dan /d/ vs. /ṭ/ dan /ḍ/) semakin hilang.
Bahasa Jawa Suriname memiliki cara penulisan yang berbeda dengan bahasa Jawa di Pulau Jawa. Pada tahun 1986, bahasa Jawa Suriname mendapatkan cara pengejaan baku. Tabel di bawah ini menunjukkan perbedaan antara sistem Belanda sebelum PD II dengan ejaan Pusat Bahasa di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam bahasa Jawa Suriname, terdapat juga basa krama (bahasa halus), tetapi tak lagi serupa dengan bahasa Jawa di Jawa. Bahkan generasi mudanya sudah banyak yang tak bisa menuturkan basa krama. Terdapat tiga ragam bahasa Jawa di Suriname, yakni ngoko, krama, dan krama napis. Krama di Jawa adalah madya, krama napis adalah krama, dan krama adalah inggil.
Sejak tahun 2000, dibuka kursus bahasa Indonesia dan bahasa Jawa untuk warga Suriname. Bertempat di KBRI Paramaribo, pesertanya memang tidak banyak dan masih didominasi orang tua. Agar kemampuan berbahasa yang diperoleh dari kursus tidak hilang begitu saja, dibentuk Ikatan Alumni Kursus Bahasa Jawa (IKA-KBJ) dan Ikatan Alumni Kursus Bahasa Indonesia (IKA-KBI). Secara berkala, alumni berkumpul untuk berbicara dalam bahasa Jawa dan Indonesia.
Dari kursus itulah mereka menguasai bahasa Indonesia serta mengerti tata bahasa Jawa sesuai dengan tatanan yang berlaku di tempat asalnya. Selama ini penggunakan ejaan Belanda untuk menulis kosakata bahasa Jawa marak digunakan oleh masyarakat suku Jawa di Suriname. Kemampuan berbahasa Jawa dan Indonesia itu penting bagi warga keturunan Jawa di Suriname. Meski bukan berkebangsaan Indonesia, mereka tetaplah manusia Jawa. "Manusia Jawa itu punya identitas, salah satunya bahasa Jawa. Maka agar tidak kehilangan identitas, mereka harus menguasai bahasa Jawa."

Temporal

Berdasarkan dokumentasi tertulis, bahasa Jawa paling tidak memiliki dua variasi temporal, yaitu bahasa Jawa Kuno dan bahasa Jawa Modern. Bahasa Jawa Kuno sering kali disamakan sebagai bahasa Kawi, meskipun sebenarnya bahasa Kawi lebih merupakan genre bahasa susastra yang diturunkan dari bahasa Jawa Kuno.
Bahasa Jawa Kuno dikenal dari berbagai prasasti serta berbagai "kakawin" yang berasal dari periode Medang atau Mataram Hindu sampai surutnya pengaruh Majapahit (abad ke-8 sampai abad ke-15).
Bahasa Jawa Modern adalah bahasa dikenal dari literatur semenjak periode Kesultanan Demak (abad ke-16) sampai sekarang. Ciri yang paling khas adalah masuknya kata-kata dari bahasa ArabPortugisBelanda, dan juga Inggris.

Tingkatan

Perbedaan unggah-ungguh atau undhak-undhuk Ngoko dan Krama
Bahasa Jawa mengenal undhak-undhuk basa dan menjadi bagian integral dalam tata krama (etiket) masyarakat Jawa dalam berbahasa. Dialek Surakarta biasanya menjadi rujukan dalam hal ini. Bahasa Jawa bukan satu-satunya bahasa yang mengenal hal ini karena beberapa bahasa Austronesia lain dan bahasa-bahasa Asia Timur seperti bahasa Korea dan bahasa Jepang juga mengenal hal semacam ini. Dalam sosiolinguistik, undhak-undhuk merupakan salah satu bentuk register.
Terdapat tiga bentuk utama variasi, yaitu ngoko ("kasar"), madya ("biasa"), dan krama ("halus"). Di antara masing-masing bentuk ini terdapat bentuk "penghormatan" (ngajengakehonorific) dan "perendahan" (ngasorakehumilific). Seseorang dapat berubah-ubah registernya pada suatu saat tergantung status yang bersangkutan dan lawan bicara. Status bisa ditentukan oleh usia, posisi sosial, atau hal-hal lain. Seorang anak yang bercakap-cakap dengan sebayanya akan berbicara dengan varian ngoko, tetapi ketika bercakap dengan orang tuanya akan menggunakan krama andhap dan krama inggil. Sistem semacam ini terutama dipakai di Surakarta, Yogyakarta, dan Madiun. Dialek lainnya cenderung kurang memegang erat tata-tertib berbahasa semacam ini.
Sebagai tambahan, terdapat bentuk bagongan dan kedhaton, yang keduanya hanya dipakai sebagai bahasa pengantar di lingkungan keraton. Dengan demikian, dikenal bentuk-bentuk ngoko lugu, ngoko andhap, madhya, madhyantara, krama, krama inggil, bagongan, kedhaton.
Di bawah ini disajikan contoh sebuah kalimat dalam beberapa gaya bahasa yang berbeda-beda ini.
  1. Ngoko kasar: “Eh, aku arep takon, omahé Budi kuwi, nèng*ndi?’
  2. Ngoko alus: “Aku nyuwun pirsa, dalemé mas Budi kuwi, nèng endi?”
  • Ngoko meninggikan diri sendiri: “Aku kersa ndangu, omahé mas Budi kuwi, nèng ndi?” (ini dianggap salah oleh sebagian besar penutur bahasa Jawa karena menggunakan leksikon krama inggil untuk diri sendiri)
    1. Madya: “Nuwun sèwu, kula ajeng tanglet, griyané mas Budi niku, teng pundi?” (ini krama desa (substandar))
    2. Madya alus: “Nuwun sèwu, kula ajeng tanglet, dalemé mas Budi niku, teng pundi?” (ini juga termasuk krama desa (krama substandar))
    3. Krama andhap: “Nuwun sèwu, dalem badhé nyuwun pirsa, dalemipun mas Budi punika, wonten pundi?” (dalem itu sebenarnya pronomina persona kedua, kagungan dalem 'kepunyaanmu'. Jadi ini termasuk tuturan krama yang salah alias krama desa)
    4. Krama lugu: “Nuwun sewu, kula badhé takèn, griyanipun mas Budi punika, wonten pundi?”
    5. Krama alus “Nuwun sewu, kula badhe nyuwun pirsa, dalemipun mas Budi punika, wonten pundi?”
    *nèng adalah bentuk percakapan sehari-hari dan merupakan kependekan dari bentuk baku ana ing yang disingkat menjadi (a)nêng.
    Dengan memakai kata-kata yang berbeda dalam sebuah kalimat yang secara tatabahasa berarti sama, seseorang bisa mengungkapkan status sosialnya terhadap lawan bicaranya dan juga terhadap yang dibicarakan. Walaupun demikian, tidak semua penutur bahasa Jawa mengenal semuanya register itu. Biasanya mereka hanya mengenal ngoko (kasar) dan sejenis madya (biasa).

    Ngoko

    Ngoko adalah salah satu tingkatan bahasa dalam Bahasa Jawa. Bahasa ini paling umum dipakai di kalangan orang Jawa. Pemakaiannya dihindari untuk berbicara dengan orang yang dihormati atau orang yang lebih tua.
    Tingkat tutur ngoko yaitu ungah ungguh bahasa jawa yang berintikan leksikon ngoko. Ciri-ciri katanya terdapat afiks di-,-e dan –ake. Ragam ngoko dapat digunakan oleh mereka yang sudah akrab dan oleh mereka yang merasa dirinya lebih tinggi status sosialnya daripada lawan bicara (mitra wicara). Ragam ngoko mempunyai dua bentuk varian, yaitu ngoko lugu dan ngoko alus (Sasangka 2004:95).

    Krama

    Krama adalah salah satu tingkatan bahasa dalam Bahasa Jawa. Bahasa ini paling umum dipakai di kalangan orang Jawa. Pemakaiannya sangat baik untuk berbicara dengan orang yang dihormati atau orang yang lebih tua.
    Yang dimaksud dengan ragam krama adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang berintikan leksikon krama, atau yang menjadi unsur inti di dalam ragam krama adalah leksikon krama bukan leksikon yang lain. Afiks yang muncul dalam ragam ini pun semuanya berbentuk krama (misalnya, afiks dipun-, -ipun, dan –aken). Ragam krama digunakan oleh mereka yang belum akrab dan oleh mereka yang merasa dirinya lebih rendah status sosialnya daripada lawan bicara. Ragam krama mempunyai tiga bentuk varian, yaitu krama lugu, karma andhap dan krama alus (Sasangka 2004:104).

    Madya

    Madya adalah salah satu tingkatan bahasa Jawa yang paling umum dipakai di kalangan orang Jawa. Tingkatan ini merupakan bahasa campuran antara ngoko dan krama, bahkan kadang dipengaruhi dengan bahasa Indonesia. Bahasa madya ini mudah dipahami dan dimengerti

    Comments

    elangpinkqueenze

    elang pink queenze

    WRP 07 01

    J-Rock live concert

    Live Konser J-Rock - Ceria @Bojonogoro, 29 September 2012 YouTube  · 1,000+ views  · 6/17/2019 by  18 Production - Konser Musik Indonesia Save Share View page Related videos 4:19 Jrock - Bintangku [Live Konser] at Bogor 21 Maret 2014 1.3K viewsMar 28, 2019 YouTube 18 Production - Konser Musi… 42:17 KERENN !!! " J-Rock | Skill Dewaa ... !!! (Live Konser Medan 18 Juni … 304K viewsMay 13, 2016 YouTube 18 Production - Konser Musi… 27:20 The Best Konser - JRocks @Live Jakarta | 16 Juli 2011 3.7K viewsNov 8, 2018 YouTube 18 Production - Konser Musi… 3:11 J-rock - Fly Away [Live Konser] at Bogor 21 Maret 2014 1.3K viewsMar 28, 2019 YouTube 18 Production - Konser Musi… 4:56 KONSER J-Rocks | Tampil Lebih Keren ...Bawain Lagu CERIA (… 293K viewsOct 17, 2017 YouTube 18 Production - Konser Musi… 4:37 Live Konser J-Rock - Madu Dan Racun @Purbalingga, 20 Okt … 763 views10 months ago YouTube 18 Production - Konser Musi… 5:31 J-rock - Ceria [ Live Konser ] at Bogor 21 Maret 2014 2.7K viewsMar 21,

    lindungi diri anda

    Lewati langsung ke konten situs Lewati langsung ke opsi halaman Lewati langsung ke tautan AZ Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.  CDC dua puluh empat tujuh.  Menyelamatkan Kehidupan, Melindungi Pusat Orang untuk Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. CDC dua puluh empat tujuh. Menyelamatkan Nyawa, Melin Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) Bagian Navigas ikon tanda seru lingkaran padat Orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang yang memiliki kondisi medis mendasar yang parah  seperti penyakit jantung atau paru-paru atau diabetes tampaknya berisiko lebih tinggi untuk mengembangkan komplikasi yang lebih serius dari penyakit COVID-19.  Informasi lebih lanjut tentang  Apakah Anda berisiko lebih tinggi untuk penyakit serius  ? Tahu Bagaimana Menyebarnya Saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah penyakit coronavirus 2019 (COVID-19). Cara terbaik untuk mencegah penyakit adalah menghindari terkena virus ini. V

    karya seni anak bangsa

    metal cartoon

    Top suggestions for  heavi metal Heavy Metal  Cartoon Heavy Metal  Bands Heavy Metal  Music 1:32:09 Metal  Ballads Collection vol. 2 YouTube More 04:02 Bring Me The Horizon - heavy  metal  (Lyric Video)‪ ft. Rahzel YouTube More 03:14 Saxon - Heavy  Metal  Thunder Facebook More 03:54 Heavy  Metal  Toddler [Metallica - Creeping Death]‏ Dailymotion More 04:01 Heavy  Metal  World Facebook More 12:15 Top 10 Important Albums in Heavy  Metal  History YouTube More 03:25 + ASMR + 3 min. Tingles with a pillow! Fast and aggressive YouTube More 1:07:20 Trivium - DreamHack 2019 Full Set YouTube More 04:44 Nightwish - She Is My Sin (Tampere... - Heavy  Metal  World Facebook More 02:31 Exciting News and new Heavy  Metal  Relics Merchandise YouTube More 04:06 HEAVY LOAD "Heavy  Metal  Angels" (OFFICIAL VIDEO)‪ YouTube More 03:01 OBITUARY - Sentence Day (Official Music Video in 4K)‪ YouTube More 12:15 Top 10 Important Albums in Heavy  Metal  History YouTube More 12:58 HEAVY  METAL  DRONE | VL

    LỄ CƯỚI MC HỒNG THI - CÔ DÂU HÀ MY KHU KHÓ QUAN HÓA, Xem hết video để th...

    Search Stories: How to Succeed with Search

    gift

    https://yanuarrrwidi.blogspot.com

    Bagong lucu

    Wayang Kulit Lucu Wayang Kulit  Seno   Nugroho   2020 Wayang Kulit  Ki   Manteb   Sudarsono Wayang Kulit  Senoyoutube 35:46 Lucu  puoll Bagong nembang nge Rock YouTube More 27:02 LUCU  POOL - PETRUK NANTANG WERKUDORO, BAGONG NANTANG B… YouTube More 1:30:28 Bagong Di Selangi Pusaka Ampuh,  Lucu  Banget  Wayang   Kulit  #KiSeno… YouTube More 6:02:28 #PWKSLIVE#LIVESTREAMING PAGELARAN  WAYANG   KULIT  DALAN… YouTube More 1:15:14 Wayang   Kulit  -  Lucu YouTube More 48:13 JIAAN KOPLAK !! BAGONG MENDEM VERSI 2 (ki seno nugroho)‪ YouTube More 18:41 Yen Ora  Lucu  Togog Nesu Dosomuko Nguber Dewo Ajine Roworontek #W… YouTube More 1:14:53 Ojo Podo Nagis Gareng Petruk Bagong Moro gage anaku Tulungon… YouTube More 25:13 Baladewo werkudoro nesu Dikembari Bagong petruk.#Wayangkulit.  lucu YouTube More 34:33 bagong dadi PENDITO TUO sampai prabu kresna wae GILO karo bagong… YouTube More 30:03 Ngakak PoLL, Bagong Main Sulap Sihir Debus  lucu   wayang   kulit  Ki Se… YouTube More 17:13 Petruk kaget, Bag

    Replit 101 Coding Helpline